Hubungan Kesehatan Mental dengan Religiusitas
Pengertian Kesehatan Mental
Istilah
kesehatan mental diambil dari kosep mental hygiene, kata mental berasal dari
bahasa yunani yang berarti kejiwaan, kata mental memiliki persamaan makna
dengan kata psyche yang berasal dari bahas latin yang berarti psikis atau jiwa,
jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat
atau kesehatan mental. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari
keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis(penyesuaian
diri terhadap lingkungan social).
Kesehatan
mental adalah ilmu yang meliputi tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan,
serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi kesehatan rohani. Orng yang sehat
mentalnya adalah orng yang dalam rohani atau dalam hatinya selalu merasa
tenang, aman dan tentram.
Mental
yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh stressor(penyebab terjadinya
stress). Orang yang memiliki mental yang sehat berarti mampu menahan diri dari
tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiri dan lingkungannya.
Ciri-ciri
orng yang memiliki kesehatan mental adalah:
1). Memiliki sikap (attitude) yang positif terhadap dirinya
sendiri.
2). Aktualisasi diri.
3). Mampu mengadakan integrasi dengan fungsi-fungsi psikis yang
ada.
4). Mampu berotonom terhadap diri sendiri(mandiri).
5). Memiliki persepsi yang obyektif terhadap realitas yang ada.
6). Mampu menyelaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri.
Hubungan Kesehatan Mental dengan Religiusitas
Agama tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Pengingkaran manusia terhadap agama mungkin karena factor-factor tertentu baik
yang disebabkan oleh kepribadian maupun lingkungan masing-masing, namun untuk
menutupi atau meniadakan sama sekali dorongan dan rasa keagamaan kelihatannya
suli dilakukan, hal ini karena manusia memiliki unsur batin yang cendrung mendorongnya
untuk tunduk kepada zat yang ghaib. Ketundukan ini merupakan bagian dari factor
intern manusia.
Fitrah manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT ialah
manusia diciptakan mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada
manusia tidak beragama tauhid, maka tidak wajar, mereka tidak beragama tauhid
itu hanya karena pengaruh lingkungan, seperti yang ada dalam QS.Ar Rum:30-3.
Artinya:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui”.
Jadi
hubungan agama dengan kesehatan mental yaitu : agama sebagai terapi kesehatan
mental. Hal ini sudah ditunjukkan secara jelas dalam ayat-ayat Al-Qur’an di
antaranya yang membahas tentang ketenangan dan kebahagian yaitu dalam QS An
Nahl :97
Artinya:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik] dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.
Hubungan
antara agama dan kesehatan mental ini terletak pada sikap penyerahan diri
seseorang terhadap kekuasaan yang maha tinggi sehingga akan dapat
memunculkan perasaan positif pada kesehatan mental seseorang.
Daftar
Pustaka :
Braam,
A. W. et al. (2004). Religious involvement and 6-year course of depressive
symptoms in older Dutch Citizens: Results from the longitudinal aging study
Amsterdam. Journal of Aging and Health,
16(4), 467-489.
Dewi, Kartika Sari.
(2012). BUKU AJAR: KESEHATAN MENTAL. Semarang: UPT UNDIP Press.
Riyanti, B.P. Dwi.,
Hendro Prabowo. (1998). Psikologi Umum 2. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Jalaluddin.1996.psikologi agama.jakarta: PT Raja
Grapindo Persada, hal: 265-274
Jalaluddin.1996.psikologi agama.jakarta: PT Raja
Grapindo Persada, hal: 164