Rabu, 29 April 2015

Fenomena Stres pada Wanita

Stres pada Wanita Karir



      Kini peran wanita telah berubah termasuk di Indonesia. Dahulu wanita hanya memiliki peran mengurus anak dan rumah tangga, namun kini telah memiliki peran sosial dimana dapat berkarir di hampir semua bidang. Sekilas, fenomena ini sangat membanggakan, namun menyandang predikat sebagaiwanita karir ternyata memberikan konsekuensi yang tidak kecil. Demi meraih puncak karir, wanita kerap mengabaikan perkara kesehatan hingga pernikahan. Dua hal ini bila tak disingkapi dengan baik akan merugikan kaum hawa itu sendiri. Maka, menjadi wanita yang sukses baik dalam karir maupun kesehatan menjadi prioritas utama.
      Bagi sebagian wanita, menjadi wanita karir adalah salah satu pilihan yang dapat meningkatkan gengsi di dalam masyarakat. Tapi, menjadi sedikit sulit saat wanita karir juga sibuk menjalani kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu.
     Bisa menjalani dua pekerjaan sekaligus, dengan menjadi ibu yang bertugas mengurus rumah tangga dan bekerja sebagai wanita karir, tentunya akan menjadi kelebihan kita sebagai seorang wanita. Dua kegiatan utama ini seringkali menyita waktu dan membuat cemas, stress hingga depresi.Cemas, stress dan depresi adalah gangguan yang kerap mengintai wanita karir. Pola hidup yang tidak sehat dan kurangnya istirahat, membuat wanita rentan terserang gangguan kesehatan jiwa.


      Banyak kasus menunjukkan bahwa, para karyawan yang mengalami stres kerja adalah mereka yang tidak mendapat dukungan (khususnya moril) dari keluarga, seperti orang tua, mertua, anak, teman dan semacamnya. Begitu juga ketika seseorang tidak memperoleh dukungan dari rekan sekerjanya (baik pimpinan maupun bawahan) akan cenderung lebih mudah terkena sires. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya dukungan social yang menyebabkan ketidaknyamanan menjalankan pekerjaan dan tugasnya.

Teori Stres


      Baron & Greenberg (dalam Margiati, 1999:71), mendefinisikan stres sebagai reaksi reaksi emosional dan psikologis yang terjadi pada situasi dimana tujuan individu mendapat halangan dan tidak bias mengatasinya. Aamodt (dalam Margiati, 1999:71) memandangnya sebagai respon adaptif yang merupakan karakteristik individual dan konsekuensi dan tindakan eksternal, situasi atau peristiwa yang terjadi baik secara fisik maupun psikologis.

 

       Sedangkan stres kerja adalah sebagai kombinasi antara sumber-sumber stres pada pekerjaan, karakteristik individual, dan stresor di luar organisasi. David dan Newstrom mendefinisikan stres kerja sebagai suatu kondisi yang mempengaruhi emosi, proses pikiran, dan kondisi fisik seseorang Sementara, Robbins mendefinisikan stres kerja sebagai kondisi yang dinamis di mana seseorang dikonfrontasikan dengan kesempatan, hambatan, atau tuntutan yang berhubungan dengan apa yang diinginkannya dan untuk itu keberhasilannya ternyata tidak pasti.

Faktor yang mempengaruhi Stres :    
  • Faktor biologisà Herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik, neurofsiologik, dan neurohormonal   
  • Faktor psikoedukatif/sosio culturalà Perkembangan kepribadian, pengalaman, dan kondisi lain yang mempengaruhi

Penyebab Stres secara umum faktor digolongkan menjadi beberapa kelompok berikut:

  • Tekanan fisik: kerja otot/olahraga yang berat, kerja otak yang terlalu lama, dan sebagainya. 
  • Tekanan psikologis: hubungan suami istri/orang tua-anak, persaingan antar saudara/teman kerja, hubungan sosial lainnya, etika moral dan sebagainya. 
  • Tekanan sosial ekonomi: kesulitan ekonomi, rasialisme dan sebagainya.

Dampak Negatif Stres:

  • Gejala fisiologis Stres menciptakan penyakit-penyakit dalam tubuh yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, sakit kepala, jantung berdebar, bahkan hingga sakit jantung. Gejala psikologis Gejala yang ditunjukkan adalah ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan, suka menunda dan lain sebagainya. Keadaan stres seperti ini dapat memacu ketidakpuasan.
  • Gejala perilaku Stres yang dikaitkan dengan perilaku dapat mencakup dalam perubahan dalam produktivitas, absensi, dan tingkat keluarnya karyawan. Dampak lain yang ditimbulkan adalah perubahan dalam kebiasaan sehari-hari seperti makan, konsumsi alkohol, gangguan tidur dan lainnya.

Daftar Pustaka :
Mitchell, T. R., & Larson, J. R. (1987). People in Organizations: An Introduction to Organizational    Behavior (3rd ed.). USA: McGraw-Hill, Inc.
Morgan, C. T., King, R. A, & Weisz, J. R. (1986). Introduction to Psychology (7th ed.). New York: McGraw-Hill Book Co.
Quick, J. C., & Quick, J. D. (1984). Organizational Stress And Preventive Management. USA: McGraw-Hill, Inc Beehr, T. A. (1978). Psychologycal Stress In The Workplace. London: Rotledge.

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar